Sabtu, 03 September 2011

Masi Termenung

mungkin terlalu lama aku bergelut dengan hitam, dengan gelap yg tidak memberikan sedikit penerang. aku sadar, ini terlalu lama. banyak sisi dalam hidup yang tak berjalan semestinya atau mungkin berjalan tapi tidak sempurna. gelap memberikan rasa sulit saat itu, pilihan yang amat berat untuk diputuskan.
dalam gelap aku tenang, tak ada yang mengenaliku. tak ada yang tahu aku berada di situ. semua berjalan tanpa menoleh kepadaku, berjalan lurus sampai di ujung jalan. aku senang, aku tak harus tersenyum menyapa mereka. lalu lalang khalayak ramai kubiarkan, tak peduli karena aku disini ingin sendiri. ya... sendiri kata yang tepat. sendiri dalam gelap, tenang, damai, tak bersuara.
gelap terkadang mencekam. mendekap tubuhku hingga aku tak bisa bernafas. memaksaku mengubur ke jurang yang lebih dalam. terkadang justru mencengkeramku, menarik lengan bajuku tak menyeret tanpa belas kasih, seperti majikan kepada budak.

perlu waktu yang (cukup) lama menentukan pilihan. duduk terdiam atau mencari jalan pulang. tak ada yang tahu, bahkan mungkin tak peduli. aku masih tersenyum, seperti biasa, tapi tanpa cahaya.

masih termenung....tapi sudah menentukan pilihan. aku merindukan senja. merindukan sinar merah memanjang berpusat pada surya, membiru di tepi sinarnya. tak ingin menodai keindahan ini, bintang datang di saat surya belum berlalu. menempelkan tubuhnya pada dinding langit. mencari posisi yang tepat agar tak merusak senja. senja...perpaduan siang yang keras, matahari yang tegas dengan malam yang pekat, bulan yang misterius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar